Selamat tanggal 14 bulan 02 tahun 2015 :v ane mau cerita creepy pasta tentang Valentine's day nih. Langsung aja!
Tittle : My Valentine
08 Feb 2015
Sebenarnya sebagai seorang jurnalis, aku
tidak punya cukup waktu untuk menulis
diary. Tapi akan kusempatkan menulis
beberapa kalimat mulai hari ini. Karena aku
tidak ingin kenangan perjumpaan
pertamaku dengan Glenn tadi siang hilang
begitu saja. Pria tampan itu berhasil
menciptakan kisah baru dalam hidupku. Dan
oh Tuhan, sebentar lagi valentine day.
Kuharap ia akan menyatakan perasaannya
padaku, hihi. Membayangkannya saja,
membuatku jadi malu. Seandainya itu
terjadi, apa yang harus kulakukan ya?
Semoga ini akan menjadi kisah terindah
bagiku.
09 Feb 2015
Terima kasih Tuhan, karena Glenn tadi
meneleponku dan mengajakku pergi jalan-
jalan besok. Apakah ini yang dinamakan
kencan? Aku terlalu sibuk dengan diri
sendiri sampai-sampai aku lupa untuk
memikirkan pasangan hidup. Love at first
sigh- seperti inikah rasanya?
Membayangkan apa yang akan kita lakukan
besok membuat jantungku berdetak
kencang. Aku harus segera tidur agar
besok wajahku terlihat segar. Doakan
kencanku ya semoga berjalan lancar.
10 Feb 2015
Aku benar-benar bahagia hari ini. Glenn
menggandengku selama kita 'kencan'.
Apalagi ketika Glenn mengatakan bahwa ia
merasakan suatu getaran dalam dirinya
ketika ia menyentuh tanganku. Tatapan
matanya benar-benar membutakanku. Aku
ingin bisa segera menjadi kekasihnya. Oh
Tuhan... Aku mengerti ini terlalu cepat tapi
entahlah apa aku hanya sekedar
mengaguminya atau memang benar-benar
telah jatuh cinta padanya.
11 Feb 2015
Heran.... Seharian ini Glenn tidak
menghubungiku. Berkali-kali ku telpon
atau SMS, sama sekali tidak ada respon
darinya? Apakah dia sakit? Mudah-
mudahan tidak ada hal buruk yang terjadi
padanya.
12 Feb 2015
Hihi, kau tahu dimana aku berada
sekarang? Hmmm... Jadi tadi siang, Glenn
menghubungiku untuk menemuinya di
tempat pertama kali kita berjumpa.
Awalnya aku ragu, tapi cintaku
mengalahkan semuanya. Meninggalkan
laporanku dan segera menemui Glenn.
Setibanya aku disana, aku langsung
disambut Glenn dengan sebuah pelukan. Ya
pelukan - akupun tidak mengira hal ini
akan terjadi. Jika tahu begitu, aku pasti
akan memakai parfum terbaikku. Glenn
minta maaf kepadaku karena kemarin tidak
memberiku kabar sama sekali. Itu semua
karena ia tengah mengakhiri hubungannya
dengan kekasihnya. Ya tentu itu
membuatku cukup terpukul. Selama ini aku
menaruh hati pada seorang pria yang sudah
memiliki kekasih. Seakan mengerti dengan
kekecewaanku, tiba-tiba ia mencium
tanganku dan mengatakan bahwa
berakhirnya hubungannya dengan Shirly-
kekasihnya bukan kesalahanku. Itu dia
lakukan karena ia tidak ingin menyakiti
Shirly lebih lama lagi. Dia sudah jenuh
dengan sifat manjanya. Glenn bilang ia
sudah menemukan cinta barunya. Ya itu
aku, kuharap ini bukan mimpi. Jika ini
mimpi, kuharap jangan ada yang
membangunkanku.
Dan ini nyata!!! Berulang kali kucubit
pipiku-terasa sakit. Aku tak menyangka
cintaku terbalas. Karena kita resmi
menjadi sepasang kekasih, Glenn
mengajakku ke rumahnya. Memang ini
terlalu cepat, tapi seperti biasa, cintaku
membutakanku, dengan mudahnya kuterima
ajakannya. Dan disinilah aku sekarang.
Berada di rumah-salah tepatnya di kamar
pria yang kucintai. Sepertinya aku sudah
menulis terlalu panjang. Baiklah akan
kulanjutkan besok lagipula Glenn sudah
datang. Ia tampak sangat imut dengan
celemek strawberrynya. Yap! Ia
membuatkan makan malam untuk dinner
pertama kita!
Selamat makan- mari menyantap. ^0^
14 Feb 2015
Maaf kemarin aku terlalu sibuk merayakan
malam valentine kami. Kekasihku itu
sungguh tergila-gila dengan tanganku.
Seperti halnya dengan Shirly, ia menggilai
bentuk bibir Shirly yang tipis.
***
Kututup sebuah buku diary berwarna merah
muda setelah mencoret beberapa kata pada
lembarannya. Kulirik tubuh yang terbaring
lemas diatas kasur. Kukecup pelan
telinganya. Nafasnya masih tersengal-
sengal akibat permainan kami dari semalam.
" Selamat hari valentine, sayang. Terima
kasih untuk hadiah yang kau beri. " ujarku
lalu mengecup pipinya yang basah.
Lalu kuletakkan hati-hati sepasang tangan
yang menawan di atas meja beserta buku
diary gadis itu. Aku tidak tahu jika ia
senaif itu terhadap cinta. Cih, sungguh
kekanak-kanakkan. Tapi setidaknya aku
mendapatkan apa yang kuinginkan. Sebuah
bibir dari Shirly dan sepasang tangan dari
Elis, tangan seorang jurnalis kini menjadi
milikku.
Kulirik gadis itu. Tampak darah yang masih
mengucur deras dari kedua lengannya. Ia
mengerang kesakitan. Ternyata ia sama
manjanya dengan Shirly. Sungguh
memuakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar